Tuesday, May 3, 2016

TANPA SARANA YANG MEMADAI KOK BISA YA?

OM SWASTIASTU, OM AWIGNAMASTU NAMO SIDAM.

Setelah sembahyang, saya duduk memandang bulan terbit dari ufuk timur kebetulan pada waktu itu hari bulan Purnama. Secara pelan namun pasti bulan merangkak naik memantulkan sinarnya ke bumi, bintang-bintangpun ikut kelihatan jelas mengiringi pantulan sinar bulan purnama, langit biru menjadi latar belakangnya, semakin menambah keindahan alam sekitar kita, Apalagi waktu itu saya sedang berada di Pura Besakih yang amat megah dan amat berwibawa, amat suci. Pura yang menjadi jantung kehidupan rohani bagi umat Hindu. Meru-meru berjejer, Padma Tiga yang menjadi pusat atau central dari keseluruhan unsur Pura Besakih kelihatan semakin agung dan semakin berwibawa diterpa oleh pantulan sinar Bulan Purnama.

Pada waktu itu saya duduk disalah satu tempat yang kupilih sendiri agak jauh dari keramaian pemedek, sambil melamun tersirat di pikiran saya ; Kapan ya pastinya dibangun Pura Besakih ini? Siapakah arsiteknya waktu itu? Disaat sedang dibangun pura Besakih ini sudah kah ada fasilitas modern seperti sekarang? Misalnya; Jalan hotmix, Damtruk, gergaji batu, Semen dan berapa kira-kira ongkos tukangnya waktu itu? Berapa ongkos pembantu tukangnya waktu itu? Siapa yang memberikan biaya itu semua ya? Apa ada model BANSOS seperti sekarang waktu itu ya? Ya.. macem-macem yang muncul dalam pikiran saya disaat itu.

Kalau menurut pikiran saya sendiri pada waktu itu, belum ada fasilitas seperti apa yang menjadi pertanyaan di atas, namun kenapa Pura Besakih bisa dibangun begitu megahnya tanpa didukung oleh fasilitas seperti itu? Mungkin di jaman itu yang ada adalah rasa Bhakti yang amat kuat, rasa persaudaraan dan persatuan yang amat kuat, rasa gotong royong yang amat tebal, dijiwai oleh rasa ingin ngayah dan adanya keinginan untuk mewariskan hal-hal yang sangat positif bagi generasi muda yang akan datang.

Sehingga saat itu saya berpikir balik kepada diri saya sendiri, Kalau sekarang dengan fasilitas yang cukup lengkap dan amat modern telah ada, kalau sekarang kita disuruh membangun pura seperti pura Besakih yang lengkap dan yang amat mengagumkan itu, Bisakah....................???????

Kita bisa membangun Pura seperti Pura Besakih asal ada Rasa Bhakti terhadap Tuhan, ada rasa bangga terhadap agama warisan leluhur, ada rasa persatuan dan kesatuan yang kuat, dan tidak kalah pentingnya adanya rasa tulus dan rasa ikhlas rasa gotong royong dan ada keinginan yang kuat untuk ngayah. Kesemuanya itu dibalut oleh adanya keinginan mewariskan hal-hal yang positif kepada generasi kita, dan generasi penerus kita punya kesadaran dan kebanggaan atas warisan leluhur yang amat mengagumkan itu. Apa lagi didukung oleh sarana dan prasarana yang cukup lengkap dan cukup modern, pasti bisa. Atau kita tidak usah membangun pura seperti pura besakih lagi, karena lahan untuk itu sulit dicari sebab Bali sudah dikepung dengan pembangunan fasilitas wisata, sawah - sawah yang kita banggakan sudah dikapling-kapling, tebing dan pantai sudah hampir habis jadi milik pihak lain.

Namun masih ada jalan keluar kalau ingin membangun pura yang megah, lahannya ada dan masih luas sekali, mungkin sedang ditumbuhi semak-semak, yaitu mari kita bangun pura yang lebih megah lagi dengan persyaratan seperti diatas, yaitu di lahan pikiran kita, kita bangun pura yang megah dan pelihara pura di pikiran kita itu dengan baik dan sempurna, kemudian baru kita lebih mantap dan lebih khusuk memelihara pura Besakih yang kita Sucikan dan kita banggakan. Selanjutnya kita bisa mewariskan kepada generasi yang akan datang.

Setelah saya menghayal cukup lama lalu saya dipanggil oleh putra saya untuk makan bersama (nunas lungsuran Bhatara). Sehingga hayalan saya jadi putus sampai disini. Terimakasih atas lowongan waktu teman-teman membaca khayalan saya melalui tulisan ini, semoga khayalan saya ini bisa menjadi kenyataan, sebagai rasa bhakti terhadap leluhur dan rasa cinta terhadap generasi kita yang akan datang.

S E K I A N.

OM SANTHIH, SANTHIH, SANTHIH, OM.

Sumber

No comments: