Tuesday, May 3, 2016

RENUNGAN DISAAT NAIK PESAWAT TERBANG

OM SWASTIASTU

Setiap saya mempunyai waktu senggang di rumah, tidak ada diajak bicara "sepi", hanya suara burung perkutut yang kedengaran bersaut sautan, mungkin mereka sedang diskusi dengan sesamanya, entahlah.......!!! Tangan saya seolah - olah ditarik entah oleh siapa, mungkin oleh keinginan untuk menulis. Mau menulis apa? Saya kurang tahu. Pada waktu itulah muncul keinginan saya menulis pengalaman terbang dengan pesawat, terutama diwaktu saya terbang dari Bandara I Gusti Ngurah Rai menuju Ujung Pandang. Kebetulan di dalam pesawat saya dapat tempat duduk di pinggir di samping jendela. Sewaktu pesawat melintasi diatas laut, saya iseng melihat keluar dari jendela melihat kebawah, aduuh indahnya kelihatan pemandangannya, air laut kelihatan biru, awan tipis berlomba berlari-lari kebelakang. Apa awannya yang lari kebelakang, apa pesawatnya lari kedepan sehingga kelihatannya begitu? Hal itu tidak terpikirkan apalagi didiskusikan.

Namun yang penting menurut saya pada waktu itu kelihatan pulau - pulau berjejer banyak sekali entah pulau apa itu saya tidak tau. Antara pulau yang satu dengan yang lain disela oleh air laut, semuanya begitu. Lalu muncul pikiran saya; APAKAH AIR LAUT ITU DISEBUT MEMBATASI ANTARA PULAU YANG SATU DENGAN PULAU YANG LAIN? Kalau jawabannya ya, pantas budaya, adat kita berbeda-beda, karena dibatasi. Kalau perbedaan ini kita saling mempertahankan satu dengan yang lainnya maka kapan kita akan bisa bersatu? Kenyataannya begitu. Ini Baru penilaian dari sisi pandang ditataran permukaannya saja. Kalau kita ingin tau apa ada hubungannya pulau yang satu dengan pulau yang lain? Apa memang pisah - pisah?

Untuk menjawab pertanyaan itu, kita harus bisa dan dapat menyelam kedasar laut, menurut perkiraan saya dan ini benar, setelah kita dapat menyelam ke paling dasar laut maka kita tau bahwa didasar laut pulau yang satu tidak terpisah dengan pulau yang lainnya, atau menyatu, mungkin hal ini berlaku pada pulau - pulau yang lain diseluruh bola bumi ini.

Bila hal ini kita kaitkan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara terutama di Negri yang kita cintai ini, rasanya sangat pas, sebab negri kita terdiri dari beribu-ribu pulau, beribu-ribu adat budaya, bila kita melihat dari tataran atasnya saja atau tataran yang dangkal maka kita pasti berbeda, namun pendahulu kita sudah memberikan kita alat selam yang lengkap untuk menyelaminya yaitu: " PANCASILA" DAN "BHINEKA TUNGGAL IKA". Selamilah lautan Nusantara ini, agar kita dapatkan dasarnya atau benang merahnya, sehingga kita akan dapatkan kehidupan yang damai dan bahagia bersama. Hal ini juga berlaku untuk semua aspek kehidupan kita menuju kedamaian baik budaya maupun keyakinan kita. Hal inipun ada hubungannya dengan kemenangan Dharma atas Adharma sebagai esinsi dari hari suci Galungan.

Dengan merenung yang cukup lama lalu saya dengar peringatan di dalam pesawat, mungkin dari pramugarainya, antara lain: " Para penumpang sebentar lagi kita akan mendarat....." Lalu saya dengan sedikit kaget, beralihlah pikiran saya kepada suara itu sehingga secara otomatis renungan tadi juga berhenti. Demikianlah tulisan ini saya ajukan sebagai rasa rindu akan kedamaian bersama. Sehingga saya tidak merasa malu menulis, walaupun tulisan ini sangat tidak bermutu. Terima kasih.

OM SANTHI, SANTHI, SANTHI, OM.

SEMOGA TUHAN SELALU MENGANUGRAHKAN PIKIRAN YANG BENAR

No comments: