Tuesday, May 3, 2016

SESUNGGUHNYA SEMUA INI ADALAH TITIPAN DARI HYANG KUASA

Om Swastiastu.

Jangan henti-hentinya memohon Petunjuk, Bimbingan dan Tuntunan ke hadapan Hyang Maha Kuasa, agar kita dapat mengarungi hidup ini di jalur yang benar, sehingga kita dapat berlabuh di pulau harapan kita sekaligus sebagai pulau asal kita.

Banyak sekali contoh yang dapat kita lihat dalam kehidupan ini di masyarakat, seperti; Dulunya dia seorang yang amat ditakuti di masyarakat karena badannya kekar, lengannya besar-besar dan sering bertindak arogansi. Namun tidak lebih dari 15 tahun berlalu, dia menjadi renta. Jangankan memukul orang lagi, jalan saja sudah pakai tongkat. Dulu dia sangat disegani karena kekayaannya berlimpah, namun pelitnya tak ketulungan. Namun tidak lebih dari 15 tahun berlalu dia menjadi orang sakit-sakitan dan tidak bisa makan nasi (makanan mewah), akhirnya dia hanya bisa makan sepotong kentang dan sayur rebus tanpa bumbu. Dulu dia adalah seorang penguasa hebat, maka banyak orang takut sama dia, karena tindakannya sewenang-wenang. Namun hal itu hanya berlangsung 10 tahun, setelah itu dia tidak bisa diterima di lingkungannya termasuk dalam lingkungan keluarganya.

Akhirnya saya pernah membaca di dalam kitab Sarasamuscaya Bab, MERTYU. Disitu tertera disalah satu pasal slokanya, sebagai berikut;
"WALAUPUN KAU DAPAT MENJADI PENGUASA DI BUMI YANG BULAT INI, DENGAN KEKAYAAN YANG BERLIMPAH, DAN DI DAMPINGI ISTRI CANTI-CANTIK SELUSIN, MAKA PADA SAATNYA NANTI DATANG KEMATIAN YANG MENJEMPUTMU, KEKUASAAN, HARTA BENDA, DAN ISTRI CANTIK TIDAK BISA MENUNDANYA/MENOLONG DIRIMU."

Menyimak isi dari bacaan tersebut di atas maka kita di suruh HARUS INGAT DENGAN KEMATIAN ITU ADALAH TEMAN SETIA DARI KEHIDUPAN KITA. Walaupun kedatangannya tidak kita ketahui secara pasti, namun yang pasti dia (kematian) itu pasti akan datang. Setelah dia datang semua yang kita agung-agungkan semasih hidup seperti kekayaan, kekuasaan, kemewahan, semuanya tidak ada artinya bagi kita. Semua akan ditinggal disini, termasuk badan yang kita manfaatkan setiap saat diwaktu masih hidup akan ditinggalkan disini.

Mereka yang bijaksana mengatakan bahwa; Yang kita bisa bawa pulang ke alam sana hanyalah Karma. Apa itu karma baik (subhakarma) atau karma buruk (asubhakarma). Lalu apa kaitannya dengan kekusaan, kekayaan, dan badan sehat kuat? Sesungguhnya itu adalah sebuah titipan dari Hyang Kuasa untuk kita sampaikan kepada saudara kita yang memerlukan dalam kehidupan disini.

Contoh; Bagi mereka yang dalam hidupnya di sini menjadi penguasa, itu titipan dari Tuhan agar mereka menjalankan swadharmanya sebagai pelayan rakyat dan dapat membahagiakan rakyat. Kalau mereka sadar dan melakukan hal seperti itu, maka mereka sudah berjalan di atas Subhakarma, andai kata mereka tidak menjalankan tugas seperti itu, mereka berjalan diatas jalan Asubhakarma. Inilah yang kan mereka bawa nantinya setelah kematian itu datang menjemputnya.

Demikian pula kekayaan, semuanya itu adalah titipan sekaligus kesempatan kita untuk meraih Subhakarma, kalau kekayaan itu dimanfaatkan untuk membantu saudara kita yang sangat memerlukan atau digunakan untuk kepentingan orang banyak. Dengan sendirinya semuanya itu didasari oleh logika pemanfaatan.

BILA ADA SEORANG REMAJA JIJIK MELIHAT ORANG TUA RENTA, MAKA ORANG TERSEBUT TIDAK SADAR BAHWA DIRINYA AKAN SEPERTI ITU NANTINYA, KARENA HIDUPNYA DITEMANI OLEH KESOMBONGAN.

Keremajaan itu sifatnya hanya sementara, maka gunakanlah keremajaan itu untuk meraih Subhakarma. Demikian pula mereka yang mendapat titipan kepintaran, bagilah kepintaran itu untuk mereka yang memerlukan, sehingga dari kepintaran kita dapat Subhakarma.

Jadi apa yang kita dapati dalam hidup ini adalah sarana untuk mendapatkan Subhakarma sebagai bekal mudik nanti. Demikian sebaliknya bila kita tidak merasakan itu sebuah titipan dan merasa itu milik kita maka semuanya itu merupakan sarana untuk mendapatkan Asubhakarma, juga sebagai bekal mudik nanti.

Demikianlah tulisan ini saya buat agar dapat digunakan sebagai bahan renungan, di dalam kita melakoni hidup ini. Terima kasih atas perhatian saudara-saudara.

Om Santih, Santih, Santih, Om

No comments: