OM SWASTIASTU. OM AWIGNAMASTU.
Selamat bertemu lagi teman-teman, semoga semuanya dalam keadaan sehat-sehat. Saya punya cerita dari pengalaman sendiri di rumah.
Kurang lebih seminggu yang lalu saya membaca buku 108 Mutiara Veda, yang ditulis oleh Dr.Somvir. Satu pasal saya baca saya lewati, satu pasal saya lewati, artinya sepintas - sepintas saja, namun disaat itu tertarik perhatian saya pada setiap terjemahannya dari setiap pasal, yaitu; tidak satupun terjemahannya berbunyi; " WAHAI KAU UMAT HINDU...." Yang ada adalah; " WAHAI KAU UMAT MANUSIA........" Jadi saya berpikir, kenapa tidak menunjuk WAHAI KAU UMAT HINDU YA.....????? Sedangkan kitab Suci Veda itu adalah kitab suci penganut agama Hindu, artinya Veda itu adalah hanya untuk umat Hindu saja demikian pikiran saya. Tetapi setelah lama saya berpikir seperti itu, lalu muncul dipikiran saya bahwa kalau demikian berarti Veda itu ajarannya untuk umat manusia, kalau kita melihat dari terjemahannya. Memang inilah salah satu ciri dari Veda itu adalah wahyu Tuhan, tidak membedakan siapa dia.
Dan adalagi saya ingat waktu masih kuliah dulu, dosen saya pernah saya dengar mengatakan bahwa Veda itu adalah sumber dari segala sumber ilmu. Kalau begitu berarti beliau-beliau atau mereka- mereka yang mempelajari ilmu itu berarti boleh dikatakan sudah mempelajari Veda, itu adalah anggapan saya.
Selain dari pada itu, saya juga merasakan bahwa, Veda memiliki sifat penyebaran yang amat istimewa, yaitu; MENGAYOMI, MENGANGKAT DAN MEMAKNAI BUDAYA LOKAL. Artinya, dimana ajaran Veda itu dianut, akan selalu mengayomi, mengangkat dan memaknai budaya lokal. Veda tidak merusak apa lagi menghancurkan budaya lokal, ini salah satu yang amat penting bagi saya memberikan petunjuk bahwa Veda itu asli wahyu dari Tuhan, sebab Tuhan menciptakan semuanya maka ajaran Tuhan itu mengayomi setiap ciptaannya.
Salah satu contoh; didalam salah satu pasal Yajur Veda ada menuliskan; ..."Vayur anilam amertam athedam basmantam sariram"......... terjemahannya saya baca; "Wahaikau manusia setelah rokhmu meninggalkan jasadmu yang terbentuk dari panca maha Bhuta, secepatnya jasadmu dijadikan abu, rokh akan mendapatkan moksa." Demikian kurang lebihnya. Maka dari itulah setiap umat Hindu yang meninggal harus diaben, jadi tidak dikubur.
Namun di Bali ada penguburan sementara umat hindu yang telah meninggal. Sistem penguburan mayat di Bali telah ada sejak jaman batu yang disebut jaman neolitium, dengan peninggalannya kita kenal dengan nama sarkopagus, itu budaya lokal namun hal itu tidak dirusak bahkan diayomi dan dimaknai, makanya umat Hindu di Bali yang meninggal, ada yang di aben langsung, ada adapula yang di kubur dalam jangka waktu tertentu baru diaben. kesimpulannya; MENINGGAL ABEN, DAN MENINGGAL KUBUR KEMUDIAN DIABEN, akhirnya semua diaben. Dengan demikian di Bali setiap Desa Pekraman memiliki Setra, yang dari jaman kejaman tidak pernah diperluas, sebab tidak ada mayat yang dikubur terus.
Banyak lagi konsep-konsep kehidupan yang damai termuat di dalam ajaran Veda, namun pada kesempatan ini hanya itu yang tersirat dalam pikiran saya setelah membaca buku 108 Mutiara Veda dari Dr.Somvir.
Terima kasih atas perhatian teman-teman yang membaca tulisan ini.
Sekian.
Om Santhi,Santhi, Santhi, Om.
No comments:
Post a Comment