OM SWASTIASTU, OM AWIGNAMASTU NAMOSIDAM.
Kita ketemu lagi dalam tulisan yang berbeda, semoga saudara-saudara tetap dalam keadaan yang sehat dan berada dalam pikiran damai.
Akhir-akhir ini semakin bermunculan peristiwa yang sangat mengerikan yaitu; perkelahian, tawuran, baik secara individu maupun antar kelomppok. Justru yang berklahi itu adalah mereka yang masih bersaudara, apakah bersaudara sesama orang Bali, bersaudara sesama Bangsa Indonesia, pokoknya bersaudara sesama manusia.
Katanya semua orang sangat senang dengan situasi yang DAMAI.......!!!!!!! KENAPA TIDAK BISA DAN TIDAK MAU MEMBUAT DAMAI????? Mungkin dia salah menerjemahkan DAMAI itu sendiri. Damai menurut mereka itu adalah damai dengan teman-teman yang seide atau teman seorganisasi saja. Tak perduli dengan yang lain. Dan mereka tidak pernah berpikir; KALAU KITA MENANG, APA HASILNYA YANG BISA DIWARISKAN KEPADA KETURUNAN KITA NANTI?
Saya punya teman, dia dulunya sangat senang berkelahi dijalanan, dan selalu menganggap dirinya paling benar, paling kuat, paling banyak punya teman dsb. Nah sekarang dia sudah punya anak sedang remaja, anaknya juga meniru sifat bapaknya diwaktu muda. Lalu teman saya itu menasehati anaknya agar tidak bersifat seperti itu, jangan menjadi langganan sel polisi. lalu apa kata anaknya; SAYA BERSIFAT SEPERTI INI ADALAH WARISAN DARI SIFAT BAPAK DULU, APAKAH SAYA SALAH, KALAU SAYA SALAH KENAPA BAPAK MEWARISKAN SIFAT SEPERTI INI KEPADA SAYA? katanya ada pepatah mengatakan; kalau kita anak ikan (nyalian), minimal kita harus bisa berenang, jangan sampai anak ikan mati berenang. Sehingga saya tidak mau dikatakan anak orang lain, makanya saya meniru sifat bapak agar saya dipercaya sebagai anak bapak yang asli. Lalu teman saya itu tidak punya jawaban, hal ini dia sampaika kepada saya, dan saya sulit memberi pandangan.
Saudara-saudaraku semua, marilah kita mulai belajar berbuat damai sesuai dengan kemampuan kita. Janganlah kita mati meninggalkan belang seperti harimau. Mari kita mati meninggalkan gading seperti gajah. Terutama saudaraku sesama orang Bali, sadarlah kita bahwa yang kita ajak berkelahi itu adalah saudara kita sendiri, janganlah mewariskan hal-hal yang tidak baik kepada keturunan kita nanti. Boleh kalian berorganisasi, namun tujuannya membuat kedamaian bersama, mari kita bergandengan tangan. Perkelahian itu hanya cocok di jaman penjajah, untuk menentang penjajah dan mencapai kemerdekaan, itu sudah dilakukan oleh leluhur kita para pejuang kemerdekaan NKRI, dan hal itu sudah lewat, sekarang kita tinggal mengisinya, sesuai dengan cita-cita Beliau para pejuang yang telah rela darahnya mencuci bumi pertiwi. Sekarang mari kita berkelahi dengan kebodohan dan mengusir kemiskinan.
Saya punya usul kepada saudara baik dari kelomok mana saja dan siapa saja, mari kita membikin acara bersama, bergandengan tangan menuju kedamaian, saya mau ikut kok.
HENTIKAN SIFAT-SIFAT ANARKIS, CINTAILAH NEGARAMU, CINTAILAH BANGSAMU, CINTAILAH SUKUMU, DAN CINTAILAH AGAMAMU TERAKHIR CINTAILAH TUHANMU.
S E K I A N D A N T E R I M A K A S I H.
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM.
Kita ketemu lagi dalam tulisan yang berbeda, semoga saudara-saudara tetap dalam keadaan yang sehat dan berada dalam pikiran damai.
Akhir-akhir ini semakin bermunculan peristiwa yang sangat mengerikan yaitu; perkelahian, tawuran, baik secara individu maupun antar kelomppok. Justru yang berklahi itu adalah mereka yang masih bersaudara, apakah bersaudara sesama orang Bali, bersaudara sesama Bangsa Indonesia, pokoknya bersaudara sesama manusia.
Katanya semua orang sangat senang dengan situasi yang DAMAI.......!!!!!!! KENAPA TIDAK BISA DAN TIDAK MAU MEMBUAT DAMAI????? Mungkin dia salah menerjemahkan DAMAI itu sendiri. Damai menurut mereka itu adalah damai dengan teman-teman yang seide atau teman seorganisasi saja. Tak perduli dengan yang lain. Dan mereka tidak pernah berpikir; KALAU KITA MENANG, APA HASILNYA YANG BISA DIWARISKAN KEPADA KETURUNAN KITA NANTI?
Saya punya teman, dia dulunya sangat senang berkelahi dijalanan, dan selalu menganggap dirinya paling benar, paling kuat, paling banyak punya teman dsb. Nah sekarang dia sudah punya anak sedang remaja, anaknya juga meniru sifat bapaknya diwaktu muda. Lalu teman saya itu menasehati anaknya agar tidak bersifat seperti itu, jangan menjadi langganan sel polisi. lalu apa kata anaknya; SAYA BERSIFAT SEPERTI INI ADALAH WARISAN DARI SIFAT BAPAK DULU, APAKAH SAYA SALAH, KALAU SAYA SALAH KENAPA BAPAK MEWARISKAN SIFAT SEPERTI INI KEPADA SAYA? katanya ada pepatah mengatakan; kalau kita anak ikan (nyalian), minimal kita harus bisa berenang, jangan sampai anak ikan mati berenang. Sehingga saya tidak mau dikatakan anak orang lain, makanya saya meniru sifat bapak agar saya dipercaya sebagai anak bapak yang asli. Lalu teman saya itu tidak punya jawaban, hal ini dia sampaika kepada saya, dan saya sulit memberi pandangan.
Saudara-saudaraku semua, marilah kita mulai belajar berbuat damai sesuai dengan kemampuan kita. Janganlah kita mati meninggalkan belang seperti harimau. Mari kita mati meninggalkan gading seperti gajah. Terutama saudaraku sesama orang Bali, sadarlah kita bahwa yang kita ajak berkelahi itu adalah saudara kita sendiri, janganlah mewariskan hal-hal yang tidak baik kepada keturunan kita nanti. Boleh kalian berorganisasi, namun tujuannya membuat kedamaian bersama, mari kita bergandengan tangan. Perkelahian itu hanya cocok di jaman penjajah, untuk menentang penjajah dan mencapai kemerdekaan, itu sudah dilakukan oleh leluhur kita para pejuang kemerdekaan NKRI, dan hal itu sudah lewat, sekarang kita tinggal mengisinya, sesuai dengan cita-cita Beliau para pejuang yang telah rela darahnya mencuci bumi pertiwi. Sekarang mari kita berkelahi dengan kebodohan dan mengusir kemiskinan.
Saya punya usul kepada saudara baik dari kelomok mana saja dan siapa saja, mari kita membikin acara bersama, bergandengan tangan menuju kedamaian, saya mau ikut kok.
HENTIKAN SIFAT-SIFAT ANARKIS, CINTAILAH NEGARAMU, CINTAILAH BANGSAMU, CINTAILAH SUKUMU, DAN CINTAILAH AGAMAMU TERAKHIR CINTAILAH TUHANMU.
S E K I A N D A N T E R I M A K A S I H.
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM.
Sumber: https://www.facebook.com/Ida.Pedanda.Gede.Made.Gunung?fref=ts 16 Nov 2013
No comments:
Post a Comment