Tuesday, April 14, 2015

CERITA SI BURUNG NURI

Om Swastiastu,
Pada kesempatan yang amat baik ini saya ingin berbagi cerita dengan saudara-saudara yang saya amat banggakan. Cerita ini adalah cerita anak-anak, namun menurut saya cerita ini banyak sekali mengandung makna. Tetapi sebelumnya saya minta maaf jika ada diantara saudara yang kurang berkenan atas cerita ini, namun saya tetap menganggap cerita ini merupakan sebuah sarana guna mempererat tali persahabatan. Adapun ceritanya adalah sebagai berikut;
Ada seekor burung nuri yang amat cantik, bulunya berwarna kuning keemasan di dadanya, hijau kebiru-biruan dipunggungnya, paruhnya berwarna merah sama dengan warna kakinya, matanya merah. Suaranya melengking dan ekornya panjang serupa dengan ekor burung srigunting. Setiap hari burung nuri itu terbang melayang-layang diangkasa sambil bersuara melengking memamerkan bulunya yang amat indah dipandang mata. Banyak orang yang terpikat oleh kecantikan dan keindahannya, ada yang ingin memilikinya, ada pula yang hanya ingin menikmati kecantikannya hanya lewat memandang saja, dan ada pula yang memotretnya. Tidak ada burung nuri secantik itu selain dia, namun ada juga kekurangnya (kejelekannya) burung itu, walaupun dia cantik dipandang mata, tetapi dia sangat senang makan cacing tanah, bahkan sangat rakus bila menyantap cacing tanah. Setiap hari dia terbang berputar putar sambil melihat kebawah mengamati cacing tanah yang sedang keluar dari sarangnya untuk dimakan.
Pada suatu hari, seperti biasa dia terbang melayang-layang sambil mengeluarkan suaranya yang nyaring, lalu dia melihat seekor tikus sedang menarik gerobak penuh berisi cacing tanah, maka si nuri segera menurunkan ketinggian terbangnya pelan-pelan tak ubahnya seperti pesawat terbang yang mau mendarat, akhirnyaya si burung nuri itu bertengger di pinggir gerobak yang ditarik oleh si tikus. Oleh karena si burung nuri tidak tahan nafsu makannya, ingin segera menyantap cacing tanah itu, maka dia bertanya kepada si tikus, begini kata burung nuri; Hai sahabatku tikus mau kemana kau menarik gerobak berisi cacing tanah sebanyak ini. Si tikuspun menjawab dengan santai; Saya hanya ingin berkeliling-keliling saja sambil melihat pemandangan yang indah. Si nuri lagi bertanya; Apa saya boleh membeli beberapa ekor cacing yang kamu bawa ini? Si Tikus menjawab: Maaf sahabatku saya tidak menjualnya. Si nuri; Kalau begitu boleh saya minta satu ekor saja? Si tikus; tidak juga. Si nuri lagi mendesak bertanya; Apa yang harus saya lakukan agar saya dapat satu ekor cacing tanah kamu itu? Si tikus menjawab lagi; Kalau kamu mau cacing tanahku ini hanya boleh ditukar dengan satu batang bulu sayapmu untuk satu ekor. Lalu si nuri menjawab dengan tegas; Yaaaa!!!! benar begitu?, kalu benar gampang kok tidak dari tadi kau bilang seperti itu.
Kemudian si nuri sempat berguman didalam hatinya; " satu batang bulu sayap dicabut, toh nanti akan tumbuh lagi." Lalu dengan tidak berpikir pajang lebar lagi si nuri mencabut satu batang bulu sayapnya, ditukar dengan satu ekor cacing tanah, kemudian si nuri terbang menuju dahan pohon yang rindang untuk menikmati santapan sedap itu. Karena dia kekenyangan lalu dia tidur, di saat tidurnya yang amat lelap si nuri bermimpi tentang enaknya rasa cacing tanah tadi, maka setelah dia bangun perutnya merasa lapar lagi, pikirannya tertuju pada si tikus, lalu dia terbang mencari-cari sitikus untuk nukar bulu sayapnya dengan cacing, singkat cerita bertemu dia denga si tikus, lagi dicabut dua bulu sayapnya kemudian ditukar dengan dua ekor cacing, yang seekor lagi untuk persiapan makan besoknya.
Nah lanjut ceritanya, setelah dua hari kemudian si burung nuri lagi berpikir, agar tidak setiap hari mencari si tikus, akan lebih baik sekalian saja tukar sepuluh bulu sayapku untuk persiapan sepuluh kali makan enak. Lalu si nuri lagi menemui si tikus untuk nukar sepuluh bulu sayapnya, singkat cerita sesudah mendapatkan sepuluh cacing tanah si nuri mencari wadah untuk membawanya, semua cacing tanah dimasukan ke wadah tas plastik, lalu dia terbang, ternyata dia si nuri tidak kuasa terbang karena bulu sayapnya yang berjumlah dua belas kiri kanan telah habis dicabut sendiri untuk nukar cacing tanah. Lalu si nuri minta tolong pada si tikus untuk membantu agar dia bisa terbang, namun si tikus menjawab; itu bukan urusa saya, itu sepenuhnya urusan kamu.
Kemudian si nuri mencoba terbang berkali-kali jatuh, lalu datanglah si kucing lapar, melihat si nuri tidak bisa terbang maka sikucing sangat bahagia mendapt makanan gratis, diterkamlah si nuri dan lajut dimakan oleh si kucing, tamatlah riwayat si nuri yang di bangga-banggakan mati karena ketidak mampuannya mengendalikan nafsunya. keindahan dan kecantikan si nuri berakhir dimulut kucing, atas jasa si tikus. Demikianlah cerita si nuri, mudah-mudahan para pembaca berkenan dan dapat menjadikan hiburan cerita ini.
Om, Santih, Santih, Santih, Om

No comments: