Tuesday, April 14, 2015

BERLATIH UNTUK MENJAGA SIFAT DEWATA DALAM DIRI


OM SWASTIASTU,
Manusia memiliki sifat yang sangat kuat dalam dirinya yaitu; kebiasaan. Semestinya sifat seperti itu sangat perlu dipertahankan dan dikembangkan ke arah yang positif. Artinya kebiasaan itu dapat menciptakan kebahagiaan di atas bumi ini, dengan cara mengikuti petunjuk Ida Sang Hyang Widhi yang telah tertuang dalam ajaran Agama Hindu. Lalu bagaimana mengembangkan kebiasaan yang positif? Sebenarnya kita tidak perlu terlalu jauh berfikir, cukup dengan cara yang sederhana yaitu; sembahyang dan meditasi.
Semakin sering kita mendekatkan diri kepada Tuhan melalui sembahyang dan meditasi maka kita telah membuka diri kita untuk dialiri dengan sifat - sifat Dewata yang secara otomatis juga akan menjauhkan sifat - sifat Bhutakala dari diri kita. Hal ini pedanda dapatkan dari sebuah rumusan yang sederhana, yaitu ketika pedanda melihat seorang anak kecil yang memainkan dua buah balon gas yang terhubung tali satu sama lain. Ketika si anak kecil tersebut menarik balon berwarna putih, maka secara otomatis balon yang berwarna hitam menjadi menjauh, begitu pula sebaliknya. Hal ini pedanda hubungkan dengan sifat yang ada pada diri manusia, yaitu sifat Dewata dan Bhutakala. Bila manusia menarik sifat Dewata maka sifat Bhutakana menjauh, demikian pula jika manusia menarik sifat Bhutakana maka sifat Dewata akan semakin menjauh. Dengan bersembahyang secara rutin, itu berarti kita telah menarik sifat Dewata ke dalam diri kita yang akan menjauhkan sifat Bhutakala. Jika diikuti dengan perilaku sehari - hari yang penuh kesabaran, kasih sayang dan pemaaf, maka sifat Dewata akan terjaga dan semakin tumbuh subur dalam diri kita.
Mungkin ada yang bertanya, apa perbedaan antara sembahyang dan meditasi? Secara garis besar Pedanda dapat memberikan pemahaman sebagai berikut; jika kita bersembahyang maka kita memusatkan pikiran menuju Sang Hyang Widhi, sedangkan jika kita bermeditasi maka itu artinya kita telah membuka hati kita untuk didatangi Sang Hyang Widhi dan menstanakan beliau di sana. lalu manakan yang lebih baik? Keduanya harus dilakukan dengan secara seimbang, ibarat melihat dua sisi mata uang yang jika hanya dilihat satu sisi nilainya tidak akan bebeda atau menjadi dua kali lipat jika kita melihat kedua sisnya, namun dengan melihat kedua sisi maka kita mengetahui bentuk uang yang seutuhnya. Dengan melakukan keduanya secara seimbang maka kita akan dapat menikmati kebahagiaan di dalam hidup sebagai benteng terjaganya sifat Kedewataan dalam diri kita.
Sesungguhnya dalam diri manusia unsur Ketuhanan telah bersemayam yang dalam sloka disebutkan dengan "Aham Brahma Asmi" yang semestinya hal tersebut tercermin dalam perilaku kita sehari - hari. Inilah yang semestinya kita sadari dan ditumbuh kembangkan melalui sembahyang dan meditasi serta ditunjang dengan penerapan sifat kesabaran, cinta kasih dan pemaaf. Yang tidak kalah pentingnya juga adalah memilih makanan, karena makanan adalah sumber energi yang akan mempengaruhi jiwa. Makan dan minumlan makanan yang sukla atau tidak cemer, yang mulai proses pembuatanya, alat - alat yang digunakan untuk memasak dan juga menghidangkan, dan juga kondisi lingkungan tempat makanan itu dibuat. Agama hindu sangat menekankan akan pentingnya kesucian dan menghindari hal - hal yang cemer atau leteh, karena menjaga sifat Dewata dalam diri harus dilakukan secara sekala dan niskala.
OM, SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM

No comments: