Tuesday, April 14, 2015

CATUR BRATHA PENYEPIAN, DARI KITA, OLEH KITA UNTUK KITA.


OM SWASTIASTU.
Sebentar lagi umat Hindu akan menyucikan Hari Nyepi, yang datangnya setahun (saka) sekali. Pada hari itu kita akan tutup tahun saka 1936, dan memasuki atau membuka lembaran baru tahun saka 1937. Apa yang bisa kita lakukan? Hari Nyepi ini datangnya rutin setiap tahun, agar jangan monoton setiap tahun tidak ada perkembangan terutama perkembangan moralitas. Apa lagi sekarang umat Hindu menyebar diseluruh Indonesia. Bagaimana saudara kita yang ada di luar Bali, terutama di daerah yang umat Hindunya sedikit. Bagaimana dia melakoni Penyepian? Sudah pasti mereka tidak akan bisa melakoni Catur Bratha Panyepian seperti di Bali. Namun jangan kaget, sesuai dengan apa yang pernah saya lihat langsung, bahwa pelaksanaan Penyepian di luar Bali itu lebih terasa secara bathiniah. Maaf di Bali masih lebih terasa secara luarnya saja. Maaf sekali lagi walaupun tidak semua umat Hindu di Bali melakoni catur bratha panyepian itu ada kadarnya, namun masih ada yang begitu walaupun telah banyak pula yang tekun melakoni catur bratha panyepian dengan sungguh-sungguh. Maunya saya agar di Bali semua Umat Hindu saat hari Nyepi itu dengan tekun, taat dan disiplin melakoni catur bratha penyepian itu supaya tidak perlu lagi adanya petugas yang mengawasi. Apa sebab saya mempunyai pemikiran seperti itu? ada alasan saya:
1. Kita harus menghargai, menghormati dan bangga atas keputusan pemerintah menjadikan Nyepi itu dijadikan hari libur nasional.
2. Kita harus menghargai, menghormati, dan bangga atas perjuangan Pemerintah Propinsi Bali didalam memberikan kesempatan sekaligus menghormati Hari Suci Kita dengan menutup Bandara, pelabuhan, dan menyetop lalu-lalangnya kendaraan di jalan, dan menyetop pengusaha agar tidak beraktifitas selama 24 jam disaat Penyepian.
3. Bila kita berbicara Hindu, masih terasa Balinya walaupun Hindu itu tidak saja di Bali, namun kelengketannya masih terasa. Sehingga kita harus sadar menjadi umat Hindu yang masih di Bali, sudah dapat dipastikan kita menjadi barometer dari pelaksaan Kehinduan kita. Untuk itulah sekarang saya mengajak saudara-saudara saya memaknai Catur Bratha Penyepian itu melalui konsep; Dari kita, oleh kita, dan untuk kita. Kalau tidak kita memulai, siapa lagi???
DARI KITA;
Kalau kita amati dan resapi pelan-pelan,muncul pertanyaan: APAKAH YANG MENJADI KEWAJIBAN POKOK SEBAGAI PEMELUK AGAMA (HINDU)??? Jawabannya menurut saya adalah; siapapun memeluk agama apapun, mereka mempunyai kewajiban pokok UNTUK MENTAATI DAN MELAKONI AJARAN AGAMANYA DENGAN BENAR. Maka dari itu kita yang memeluk agama Hindu, apa lagi dari kelahirannya Hindu memiliki kewajiban dan tanggung jawab atas pelaksanaan ajaran agama kita. Maaf kalau mereka hanya beragama di KTP saja, ya pantaslah tidak memiliki kewajiban dan tanggung jawab. Oleh karena Nyepi itu adalah salah satu ajaran agama Hindu, maka kita harus mentaatinya dengan cara melakoni persyaratannya dengan benar (Catur Bratha penyepian). Disini saya tidak lagi menguraikan unsur yang disebut catur bratha panyepian, sebab sudah terlalu sering dikatakan, dan saya anggap semua umat Hindu sudah tau kecuali bayi, dan umat yang tidak sadar. Menurut saya apa sih susahnya untuk diam dan tidak beraktifitas selama 24 jam dalam setahun? Biasanya banyak orang mengeluh dalam kesehariannya karena mereka kurang istirahat, dan ada juga yang sampai sakit karena kurang istirahat. Kalau tidak dari kita yang mau mengistirahatkan diri kita siapa lagi yang disuruh? Namun istirahat di sini artinya tidak sama dengan istirahat dalam kelelahan. Istirahat yang mengandung arti mengenang dan memuja kebesaran Tuhan. Melihat dan mengevaluasi diri sendiri untuk meningkatkan subhakarma di tahun baru nanti.

DENGAN MEMBACA DAN MENDENGARKAN KISAH AJARAN YANG TERKANDUNG DI DALAMANYA, MAKA ORANG YANG BAIK BERUBAH MENJADI ALIM DAN SUCI. DENGAN APAPUN ORANG ITU AKAN SEGERA MENCAPAI KESADARAN SIWA. (Siwa Purana. 13. 12).
Artinya disaat Nyepi semua aktifitas kita harus dicurahkan kepada kebesaran Siwa (Tuhan), baik dengan membaca, mendengarkan atau dengan memujanya melalui lagu-lagu yang mengarah kepada kemaha kuasaan dan kesucianNya, maka secara pelan-pelan setiap tahun (setiap saat) kita lakukan kita akan sampai kepada kesadaran Siwa. Hentikan mengumbar hawa nafsu, hentikan aktifitas, hentikan menghibur diri, hanya 24 jam dalam setahun. Untuk kita memberikan tubuh kita jiwa kita kesempatan menghayati asalnya yang mana asalnya itu juga yang menjadi tujuannya hidup. Semuanya itu harus dimulai dari diri kita sendiri, sebab kita semua lahir sendiri dan pulangpun sendiri nanti, disini kita harus mencari bekal yang bermanfaat untuk kita bawa pulang nanti.
OLEH KITA;
Seperti apa yang saya uraikan diatas, siapa yang semestinya melakoni semua itu? Jawabannya pastilah kita. Sebab kalau diruntut kebelakang dengan beberapa pertanyaan; Siapa yang menyuruh kita meyakini Tuhan melalui ajaran Weda? Untuk apa kita meyakininya kalau kita tidak mau melakoninya? Menurut pendapat saya, dari mulai kita sadar sebagai penganut ajaran agama Hindu, maka kita sudah merasa mempunyai kewajiban dan tanggung jawab kepada diri sendiri untuk melakoninya. Dengan sendirinya sesuai dengan kemampuan serta ruang dan waktu. Inilah yang perlu kita pahami.

UNTUK KITA.
Sesuai dengan makna dari hukum karma phala, maka barang siapa yang berbuat apa saja, mereka sendirilah yang akan mendapatkan karmanya. Pahala dari karma seseorang tidak bisa diwariskan, tidak bisa dijual, digadaikan apa lagi dicuri. Maka dari itulah untuk memantapkan pelaksanaan catur beratha penyepian itu, kita pahami dari sudut; Dari kita, oleh kita dan untuk kita. Terutama saya mengajak generasi muda untuk bisa menjadi pelopor, sebab tumpuan harapan saya untuk masa depan adalah para generasi muda. Karena saya sendiri sadar bahwa saya sudah tua, tak ubahnya seperti matahari yang menunjukan pukul 4 sore, dia akan menunggu terbenamnya saja. anda lah nantinya yang memegang tanggung jawab di kemudian hari.

Mungkin banyak uraian saya tadi kurang memuaskan anda, dan tidak terlepas dari segala kekurangan dan kesalahannya saya mohon maaf. semoga seklumit ajakan saya bisa dijadikan bahan pertimbangan bagi anda. Yang terpenting anda para pembaca dapat menangkap jiwa dari pada tulisan saya. Mari kita tunjukan bahwa Hindu adalah ajaran agama yang mampu membangkitkan dan mewujudkan kedamaian dan kebahagiaan bersama. Bagi umat Hindu yang berada diluar Bali yang lingkungannya tidak seperti di Bali, saya harapkan melakoni makna nyepi itu di dalam hati nurani sendiri dengan mengambil tempat di tempat suci atau di dalam kamar sendiri.
OM, SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM

No comments: