OM SWASTIASTU
Sebagai makhluk Tuhan yang masih serba kurang dan jauh dari kesempurnaan, saya memanjatkan puja syukur kehadapanNya atas segala kasih dan sayang serta tuntunanNya semoga badai kehidupan yang amat dahsyat segera berlalu. Demikian pula kepada anda saudara saya yang telah rela meluangkan waktu untuk melihat, apalagi sempat membaca tulisan ini saya ucapkan terima kasih, sebab dengan anda mau membaca tulisan saya ini, saya merasa sangat terhormat.
Tulisan ini merupakan tuangan dari isi hati saya untuk dipergunakan sebagai sarana yadnya menyambut kedatangan hari Suci Nyepi tahun ini. Oleh karena dasar pikiran saya adalah beryadnya, maka segala kekurangannya mohon di maafkan. Saya sengaja mengemukakan Judul seperti diatas, karena mengamati perkembangan demi perkembangan dari tahun ketahun, umat Hindu, semakin jauh kelihatannya dari makna yang terkandung didalam pelaksanaan hari-hari suci. Seperti misalnya; " Galungan hampir identik dengan Bazar, Nyepi hampir identik dengan ogoh-ogoh, dan Siwaratri diidentikan dengan hari penebusan dosa, dan hari suci yang lainnya". Oleh karena itu saya mencoba menyampaikan isi hati saya menerjemahkan dengan bebas makna hari Nyepi itu menjadi; NYEPI, SEPI DAN HENING TANGGA KEDAMAIAN. Mungkin banyak lagi makna yang terkandung di dalam hari suci nyepi, namun saya hanya melihatnya dari sudut itu tadi. Sekali lagi tulisan ini hanya berdasarkan pengamatan dilapangan, dan getaran-getaran hati saya yang muncul disaat duduk sendiri, sehingga hampir tidak menggunakan reprensi dari buku maupun lontar. Oleh karena itu tulisan ini bisa dianggap orak-orek kertas buram, bila tidak berguna bisa dibuang ke tong sampah.
NYEPI;
Kata nyepi mengandung unsur; " kata kerja", sebab Nyepi itu berasal dari kata sepi diolah menjadi nyepi (tata bahasa Bali), seperti; sampat menjadi nyampat, sambut menjadi nyambut, dan yang lainnya lagi. Sehingga kata nyepi itu menuntut kita belajar dan berusaha membikin suasan kehidupan yang sepi. Sepi dalam arti, tidak ada kegaduhan, tidk ada pertengkaran, tidak ada hiruk pikuk yang membikin kita stres dan lain sebagainya, pokoknya suasana hidup yang damai, tenang dan bahagia. Inilah yang diwujud nyatakan oleh leluhur kita dengan sebuah prosesi upacara yaitu; upacara makiis dalam rangkaian Nyepi, yang mengandung makna agar kita dapat mencari hal-hal yang sepi di dalam keramaian alami. Coba kita perhatikan secara saksama, mekiyis itu ke laut, situasinya; panas, suara ombak gemuruh terus menerus, semua itu kejadian alam. disitulah kita semua ( peserta upacara ), merasa kepanasan, kehausan, kelaparan dan mungkin kecapekan. Semua yang kita rasakan ini merupakan hal yang tidak kita inginkan. Siapa yang ingin lapar terus? Oleh karena itulah saat makiyis kita dituntun mencari sepi dengan memaknai ngiring Bhatara, dengan perasaan yang penuh bhakti, tulus dan ikhlas, maka perasaan lapar dan yang lainnya akan tidak terasa semuanya. Di dalam sastra yang menuntun kita untuk melaksanakan upacara mekiyis, disebutkan upacara makiyis itu tidak lain adalah sebuah prosesi penyucian dan prosesi Ida Bhatara mengambil Amerta di tengah samudra. Kenapa Amerta itu dilukiskan berada di tengah samudra? Sebab kebahagiaan itu, kedamaian itu, sangat sulit kita wujudkan di dalam hidup ini kalau tidak dilandasi oleh keyakinan, ketekunan dan kedisiplinan. Pendek kata inti upacara makiyis adalah pembelajaran bagi manusia untuk mewujudkan kedamaian dan kebahagiaan hidup secara bersama-sama, dibawah tuntunan Tuhan melalui ajaran agama yang diwujud nyatakan dalam upacara makiyis. Sehingga saat makiyis yang dilakoni melalui segala prosesinya harus dilandasi oleh ketulusan dan keikhlasan, jauhkan pikiran pamerih, ekonomis, praktis dan gelis. Prosesi inilah saya simak, sebuah prosesi Nyepi atau melangkah menuju sepi, dengan mendaur ulang yang kita anggap kurang baik, atau kurang berguna yang datang dari luar diri kita,menjadi baik dan menjadi berguna. Makna seperti ini semestinya kita harus lakoni setiap hari sedikit demi sedikit. Kemudian dilanjutkan dengan prosesi tawur, tawur ini juga Nyepi atau mencari sepi didalam godaan yang datang dari dalam diri kita, sebab inti tawur itu menetralisir kekuatan Bhuta Kala. Siapa Bhuta Kala itu? Dalam sebuah bacaan disebutkan; Manusia itu Dewa ya, Bhuta ya. Jadi Bhuta kala itu adalah suatu sifat dan prilaku yang tidak dapat mewujudkan kedamaian, dan kebahagiaan makanya kita Nyepi mencari sepi. dengan menetralisir segala yang bersifat negatif menjadi sifat positif melaui pemaknaan upacara tawur.
SEPI.
Bila dikaitkan dengan prosesi hari suci Nyepi itu, saat hari "H" betul betul kita menikmati merasakan ketenangan dan kedamaian. Sepi disini bukan berarti kosong, sepi lebih dekat artinya kepada ketenangan dan kedamaian. Oleh karena itu bila ada saudara-saudara saya disaat Nyepi itu menggunakan kesempatan untuk melampyaskan hawa nafsu dalam bentuk apa saja, tolong tahanlah keinginan seperti itu, marilah kita maknai hidup ini dengan benar, dan hormati agama kita, hargai jerih payah leluhur kita untuk mewujudkan sesuatu yang sangat berguna bagi kita. kita harus bangga; SIAPAKAH YANG DAPAT MEMBUAT SUASANA TIDAK BERMOBIL, TIDAK BEAKTIFITAS SEHARIAN PENUH? Selain kita di Bali!!! Marilah kita belajar Nyepi untuk mencari sepi.
HENING.
Apa bila kita dapat melakoni semua tahapan seperti tersebut diatas dan memaknai serta menerapkan di dalam kehidupan sehari hari niscaya kita akan menjadi orang yang berpikiran hening (jernih), disaat pikiran hening semua permasalahan akan sirna pelan-pelan. Ada untaian kata-kata yang indah pernah saya baca dan senada dengan masalah yang kita uraikan diatas adalah; HNING, HNENG, ELING, AWAS. Bila kita lihat urutannya secara pertikal; Hning berposisi paling atas Awas paling bawah. Sebab situasi itu merupakan ajaran dari Tuhan. Hning itu salah satu sifat Tuhan yang kita akan cari atau wujudkan di dalam hidup ini, maka untuk mencari hning itu dari kita manusia harus melalui Awas (waspada) duluan, kemudian setelah kita dapat melakoni kewaspadaan dalam hidup ini baru mencapai Eling ( ingat/sadar ), setelah sadar baru kita mencapai Hneng ( tenang ), terakhir pasti kita mencapi situasi Hning ( Jernih ). Tak ubahnya pikiran kita seperti air di sebuah tempayan, bila air itu jernih dan tenang akan jelas dapat dilihat bayangan Bulan yang amat indah dan menyejukan.
Demikian seklumit buah pikiran saya didalam menyikapi keberadaan jaman seperti sekarang melalui tinjauan makna hari suci nyepi lewat konsep; "NYEPI, SEPI DAN HENING TANGGA KEDAMAIAN."
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM