Sunday, October 5, 2008

Sebuah Cerita Tentang Panca Maha Bhuta

Panca Maha Bhuta adalah lima unsur besar alam semesta yang merupakan ciptaan ketujuh dari proses penciptaan alam semesta (Tattwa Jnana :13). Di Bali Panca Maha Bhuta ini dijadikan "pengkayaan" praktek, pemakamah keagamaan yang unik. Ini bisa kita lihat sampai sekarang kita telah mewarisi "Agama Campuran" yang sangat khas di Bali. Sangatlah tepat apabila leluhur orang Bali menyatakan agama mereka Hindu-Bali.
Dahulu pada jaman kerajaan, kaum Brahmana dikukuhkan menjadi pendeta Siwa, ini adalah sintesa paham Sparta atau Brahmaisme ortodoks dengan sinkritisme-nya. Siwa dan Sora (Surya) melahirkan Siwa raditya, beberapa puja Sogara menyertakan Ganesa struktur Stawa, bahkan upacara Rsi Gana memegang peranan penting dalam struktur kepercayaan masyarakat sampai sekarang. Buddha Mahayana, Saktisme (Tantra) ditambah dengan dinamisme melahirkan Bhairawa kala cakra yang perwujudannya menjadi praktek mistik pengiwa dan penengen, kemudian bercampur dengan unsur-unsur kejawen atau Bali Mula dan juga dengan Siwa Budhha melahirkan praktek Kanda Pat yang unik.

Ajaran praktek Kanda Pat ini didalamnya terdapat pengimplementasian Panca Maha Bhuta. Ini dapat kita jumpai dalam Kanda Pat Bhuta pada khususnya. Kanda Pat ini merupakan naskah tutur yang sangat komprehensif, praktis merupakan resume ajaran Himdu, mulai dari aturan kesucian, ke-tata susilaan, kesehatan, kesejahteraan duniawi (Jagadhita) hingga ajaran kelepasan (moksa).

Implementasi Panca Maha Bhuta

a. Kanda Pat Bhuta
Kanda disebut juga "Shanda", tetapi lumrah disebut dengan Kanda yang berarti bagian-bagian. Pat berasal dari kata empat, bhuta berarti jagad dengan seisinya, juga dari asal kata bhu yang berarti tumbuh, lahir.

Di dalam Atarwa Weda disebutkan :

Paranaya namo yasya
sarwam Idem yase
yo bhutam sarwas yeswarah
yasmin sarwah pratistitam

Artinya ;

Tuhan Yang Maha Esa menguasai alam semesta serta menjaganya, laksana jagad raya yang disebut juga Bhur a (bhu), tumbuh sebagai dasar, ada tumbuh berkembang dan sirna silih berganti (utpeti, setiti, pralina)

Di dalam ajaran Kanda Pat Butha ini dijelaskan bahwa manusia lahir kedunia disertai dengan 4 kekuatan dari Panca Maha Bhuta, termasuk dalam wadag manusia (Sang catur sanak) yaitu disebut dengan :

1. Anggapati à pertiwi à padat / keras
2. Mrajapati à apah à cair
3. Banaspati à teja à terang
4. Banaspati Raja à bayu à tiupan
5. Wadag manusia à akasa à kosong / hampa

Proses terjadinya hal tersebut adalah : pada saat orang tua (ibu-bapak) manusia yang akan lahir bertemu dan timbul rasa cinta diantara mereka disebut dengan "Asmara pandeleng" (Ardanareswari) kemudian pada saat si bapak dan ibu mulai berbincang-bincang timbul kekuatan yang disebut dengan "penuntun Swara madu", pada saat si bapak mulai meraba susu dari si ibu disebut dengan "purusinampatang" yang menimbulkan kekuatan yang disebut "Sang Hyang Panguripaning Jiwa". Pada saat si ibu dan si bapak merasa satu hati dan satu jiwa di dalam menjalin cinta kasih timbul kekuatan yang disebut Sanghyang Maruta Tungga yang wujudnya disebut "Sanghyang Sambu". Pada saat si ibu dan si bapak melakukan hubungan intim (bersengama) itu disebut dengan "sarasaning istri kangkung (Sang Kama Lulut) yang menimbulkan kekuatan yang disebut "Sanghyang Semara Gimbal".

Pada saat melakukan hubungan intim si bapak mengeluarkan sperma yang disebut "kama putih" "kama bang" dari si ibu, setelah 1 bulan lamanya bertemu disebut dengan "sukla wanita surya candra yang menimbulkan kekuatan Sanghyang Maya siluman". Setelah cabang bayi berumur 2 bulan disebut "Semarabuncing" yang diikuti bayu dan idep. Setelah 3 bulan sicabang bayi disebut "Sanghyang Kamamola" yang ditimbulkan oleh kekuatan "Sanghyang Pancawara bhuwana". Setelah berumur 4 bulan muncul "Sanghyang Dewata Nawasangan" dan si cabang bayi disebut "Sanghyang kamamanik saprah". Berumur 5 bulan, 5 kekuatan alam bersatu yang disebut dengan "Mereka Janma" yang juga disebut dengan "Sanghyang Kamareka", umur 6 bulan si cabang bayi sudah lengkap berwujud manusia yang sudah lengkap, disebut dengan "I Karakuranta", umur 7 bulan disebut "Sanghyang Cilimareka. umur 8 bulan disebut "Sanghyang kamagere", setelah umur 9 bulan menjelang lahir disebut "Gajah Petak". Pada saat lahir s bayi lahir dengan diikuti 4 kekuatan alam lainnya yang berupa "Yeh Nyom, Ari-ari, Getih (darah), Lamas. Pada saat lahir disebut dengan "I Rengga Badai", setelah itu berganti nama yang disebut dengan " I Rare Kruncur".

Kemudian setelah semua proses pada saat baru lahir dilaksanakan, ke-4 kekuatan yang menyertai bayi lahir disebut dengan "I Jelakir", I Mekahir, I Selabir, I Mokahir yang kembali ke 4 arah penjuru mata angin. Setelah si bayi beumur 3 bulan, 4 kekuatan itu berwujud raksasa yang bernama : "Anggapati, Mrajapati, Banaspati, Banaspati raja dan di sibayi disebut dengan "I Tutur Menget". Begitulah proses evolusi dari Panca Maha Bhuta pada saat proses seseorang manusia dilahirkan. Bagi yang masuk ke dalam pencinta kediatmikan maka kekuatan ini akan diolah untuk mencapai tujuan yang dimaksud, dimana kalau kita memanfaatkan kekuatannya sangatlah bermanfaat kekuatannya sangatlah bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Seperti sifatnya (Raksasa/detya) maka ke – 4 kekuatan ini memiliki tempat dan cara hidup masing-masing diantaranya adalah :

Anggapati : menghuni badan manusia, sebagai makanannya adalah mengganggu manusia yang badannya sedang lemah dan yang sedang dipenuhi oleh nafsu angkara murkha.

Mrajapati : menghuni kuburan dan perempatan jalan (agung) sebagai makanannya adalah : mayat yang dikubur tidak sesuai dengan pedewasaan serta upacaranya.

Banaspati : menghuni sungai-sungai, batu-batu besar, sebagai makanannya adalah : orang yang keluar atau tidur pada saat yang tidak ditentukan misalnya pada penggantian hari (sandikala).

Banaspati raja : penghuni kayu-kayu besar (kepuh, rangdu) sebagai makanannya adalah orang yang menebang kayu / menaiki pohon pada waktu yang dilarang menurut padewasaan.
Ke-empat saudara yang diajak lahir ini dinamakan dengan "Catur Sanak" yang menjadi raja dari Jin, Setan, Tonya, Bhuta Kala dan Makhluk halus lainnya.

b. Barong dan Rangda]
Karena kekuatan Panca Maha Bhuta yang terimplementasikan pada Kanda Pat, yang disebutkan merupakan Raja dari semua makhluk halus, maka masyarakat Bali pada khususnya yang beragama Hindu memanfaatkan kekuatan tersebut untuk melindungi sekup yang lebih besar, yaitu skup dalam satu desa adat yang diwjudkan dalam Barong dan Rangda.
Barong adalah perwujudan dari Banaspati Raja,
Barong Landung perwujudan dari Banaspati
dan
Rangda adalah perwujudan dari Mrajapati

No comments: