Sunday, September 14, 2014

UPACARA MEMPUNYAI KEDUDUKAN YANG PENTING


OM SWASTIASTU

Upacara merupakan bagian dari pelaksanaan ajaran agama Hindu Bali yang berfokus pada karma sandyasa. Namun dalam pelaksanaanya jangan sampai keluar dari rel yang ditentukan. Dari sudut artha atau kemampuan secara materi sudah ada tingkatan yang bisa dipilih yaitu Khanista, Madya dan Utama dan semua tingkatan itu sama mulianya, yang terpenting dipersembahkan dengan tulus ikhlas. Jadi sesuaikan kemampuan materi kita dengan tingkatan yang bisa dilakukan.

Ini yang sering keliru dipahami oleh umat sehingga timbul kesan bahwa upacara itu adalah sebuah pemborosan. Seperti yang sering pedanda sampaikan, ada 4 kritera seseorang Nangun Yadnya, yaitu kemauan, kemampuan, situasi dan kondisi serta harus ada landasan sastra. Berupacara haruslah didasari atas kemauan atau keinginan berbhakti kepada Sang Hyang Widhi yang mana tingkatan upacara harus disesuaikan dengan kemampuan materi, situasi saat itu dan juga dalam pelaksanaanya mengacu pada sastra agama. Sangat salah bila kita berupacara terlalu memaksakan diri sehingga malah menjadi berhutang. Yang sering menjadi masalah adalah perasaan gengsi jika tidak berupacara dengan mewah padahal kemampuan tidak memadai. Lain halnya jika dari segi materi kita mampu maka itu tidak menjadi masalah karena tidak akan membebani ekonomi keluarga dan disamping itu juga memutar perekonomian karena semua lapisan masyarakat mulai dari dagang busung, dagang babi dan lainya ikut mendapatkan rejeki dari pelaksanaan upacara tersebut.

Upacara adalah media pendidikan atau sebuah sarana pembelajaran guna dapat memahami tatwa agama sehingga bisa diterapkan dalam tingkah laku sehari-hari/susila. Upacara adalah sebuah wujud bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi yang dalam pelaksanaanya dilandasi dengan Tatwa atau filsafat agama, jadi semestinya saat kita melakukan suatu upacara kita harus bisa memahami tatwa atau filsafat apa yang terkandung dalam upacara tersebut, sehingga nilai – nilai filsafat itu bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari – hari. Inilah yang tidak nyambung sekarang ini, sehingga seolah – olah upacara berdiri sendiri dan menjadi lebih dominan daripada tatwa dan susila, yang mana seharusnya ketiganya seiring sejalan. Seharusnya, semakin sering berupacara, semakin banyak tahu tatwa, semakin banyak tahu tatwa semakin bagus mental dan spiritual, semakin bagus mental dan spiritual maka makin baik pula tingkah laku kita.

OM, SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM




No comments: