OM SWASTIASTU. OM AWIGNAMASTU.
Disiang hari panas matahari menyengat, sepertinya Dewa Matahari berkeinginan untuk membakar bumi secepat mungkin, entah dosa apa yang sedang dilakukan di atas bumi ini, sehingga Dewa Matahari berkeinginan seperti itu. Dalam keadaan yang serba panas pikiran manusiapun terpengaruh, bahkan lebih panas dari pancaran sinar Matahari. Jalan-jalan dipenuhi oleh antrian kendaraan dari berbagai jenis menunggu giliran lewat, asap mobil menyelimuti udara, manusiapun tidak henti-hentinya menghirup sisa pembakaran mesin mobil.
Namun kejadian seperti itu tidak menjadi perhatian, karena masing-masing dari mereka sangat sibuk mencari sesuatu untuk memenuhi tuntutan hidup. Mereka membayangkan tuntutan hidup itu datangnya seperti antrian mobil macet di jalan raya, sehingga tidak kurang dari mereka yang kehilangan kesabaran, sebab sang waktupun mengejar semakin dekat. Tidurpun tak nyenyak, pikiran jadi berputar seperti kincir angin diterpa badai, bergaul tidak sempat, mendidik anak tidak ada waktu, kerja jadi membosankan, kebohongan dan penipuan diri menjadi subur, sifat persaudaraan menjadi langka, kasih sayang semakin sirna mengikuti punahnya burung jalak Bali.
Sifat dan karakter sedikit demi sedikit bergeser dengan pasti, sifat egois menjajah sifat sosial, sombong mengganti posisi rendah hati, sifat emosi menjadi pemimpin dalam dunia kesabaran, tindakan brutal menggeser sifat persaudaraan. Sehingga ajaran agama menjadi topeng kepentingan, TriHitta Karana, Tatwamasi, ajeg Bali dipakai bumbu penyedap masakan untuk melemaskan lidah memainkan kata-kata demi tercapainya kepentingan, aktivitas agamapun tak luput dari ajang pamer kekayaan, pamer perhiasan, pamer kemolekan tubuh, sehingga bau busuk, bau amis tertutup oleh kain halus dan mahal, serta bau minyak wangi yang menyengat. Bhutakalapun tersenyum karena merasa bangga atas keberhasilannya mendidik. Para Dewa menangis karena ajarannya dinyanyikan lewat bibir bau busuk yang menyengat.
Semuanya telah menjadi kenyataan dalam hidup ini, dengan munculnya teroris yang bertarap internasional, perampokan, perampasan datang silih berganti. Perkelahian, bentrok antar kelompok juga ikut menyemarakkan, judi dan mabuk, narkoba menjadi pilihan utama, berselingkuhpun tidak mau ketinggalan. Kalau sudah begini lalu apa artinya hidup ini?
Dalam keadaan seperti itu, mungkin ada sisa-sisa kesadaran yang belum terjamah habis. Marilah secara bersama-sama memupuk dan menyiangi, agar terkuak awan hitam yang menyelimuti hati, dan menghalangi pancaran kesucian menerangi batin. Hanya batin yang jernih dapat menerangi pikiran, pikiran yang terang dapat mengatur panca indria untuk merekam semua aktifitas sekaligus dapat membedakan yang mana baik dan yang mana buruk, guna memancing kesadaran bisa muncul untuk mengikis kegelapan, bahwa kita adalah makhluk yang paling sempurna diciptakan oleh Beliau berdasarkan atas kesucian.
Ambil dan gunakanlah alat-alat penghapus kegelapan dan noda yang hampir kita lupakan, seperti; Telinga untuk mendengarkan nyanyian-nyanyian rohani, serta nasihat-nasihat Siwa Guru, mata melihat pemandangan yang mengarahkan bati menuju kesucian, hidung menghirup bau asap dupa cendana yang membuat pikiran melayang dan jatuh menerpa pangkuan Dewa Siwa, lidah mampu menikmati manisnya sorga Dewata, dan kulit dapat merasakan desiran angin kipas cendana dari para bidadari. Semuanya itu dapat menuntun kita menuju kebahagiaan sejati.
Beliau maha pengasih dan maha penyayang, kita yang terlalu manja. Bekal hidup telah diberikan, jalan dengan rambu-rambu yang jelas sudah disediakan, kenapa masih ingin mencari jalan pintas yang belum tentu arah yang akan dituju. Kita telah ditunggu dan disediakan tempat yang nyaman oleh Beliau, kenapa masih ragu-ragu?
Lepaskan selimut kotor yang penuh noda pakailah pakaian yang bersih, hapuslah noda-noda batin dan berjalan dengan langkah pasti menuju yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Bukankah kita ingin mencapai kebahagiaan?
Jangan sampai salah pilih, sekarang musimnya perdagangan kebahagiaan semua atau kebahagiaan palsu, menjajakan dagangannya disertai janji-janji muluk yang menggiurkan yang satupun belum pernah terbukti bahkan sebaliknya akan bisa menjerumuskan kita kelembah neraka. Jangan dibiarkan terlalu lama tindakan brutal dan kebodohan memblenggu hidup kita.
Munculkan kesucian dalam diri untuk mencapai kesucian yang lebih besar. Mari kita bahagiakan leluhur kita di alam sana dan sejahtrakan keturunan kita di kemudian hari, serta damaikan hidup kita sekarang.
OM, SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM
Sumber: facebook
No comments:
Post a Comment