Thursday, November 7, 2013

Harapan bagi Umat Hindu dari Bali yang berada di luar Bali


OM SWASTIASTU. OM AWIGNAMASTU.

Setelah runtuhnya kerajaan Mojopahit, kita dapat lihat bahwa perkembangan umat Hindu di tanah air berasal dari Bali. Karena Bali sangat identik dengan Hindu, seperti istilah rakyat ada yang menyebutkan: ingat Bali ingat Hindu, ingat Hindu jadi ingat Bali. Dunia internasional pun mengakui seperti itu, bukan hanya istilah dari orang lokal saja. Dengan adanya program pemerintah tentang transmigrasi, yang bertujuan untuk pemerataan penduduk dari daerah yang berpenduduk padat (termasuk Bali), ke daerah yang masih jarang penduduknya. Walaupun kenyataan mengatakan lainyaitu Bali tetap padat penduduknya, dikarenakan oleh tidak terbendungnya urbanisasi membanjiri Bali, bahkan Bali sekarang bukannya jarang penduduknya melainkan lebih padat lagi. Hal ini tidak terlepas dari lemahnya system kependudukan dipemerintahan dan pihak pemerintah. Pernahkah pemerintah mengevaluasi keberhasilah transmigrasi. Apakah sudah mencapai tujuan, apa belum?

Selain penyebaran Hindu melalui program transmigrasi, juga dengan adanya perpindahan pegawai dan tugas lainnya keluar Bali, sehingga umat Hindu yang berada di luar pulau Bali, lebih dominan berasal dari Bali. Pembangunan pura pun berdasarkan konsep Bali, tatanan kemasyarakatannya juga meniru Bali, walaupun tidak persis. Seperti adanya istilah banjar dan lain sebagainya. Walaupun demikian keadaannya, masih tidak banyak orang Bali yang pikirannya, atau yang lainnya untuk kemajuan dan tetap terjaganya Bali secara utuh sebagai daerah asal mereka. Bahkan masih ada orang Hindu yang berasal dari Bali mengkritik Bali secara pedas dan tidak mampu memberi jalan keluar yang baik.

Saya sering memberi Dharmawacana di luar Bali, sering saya mendapat pertanyaan yang sifatnya mengkritik. Seperti contoh; Kenapa sistem desa pakraman di Bali sangat mengikat warganya sehingga sulit warganya dapat mengikuti kemajuan zaman? Kenapa agama Hindu di Bali hanya menitikberatkan pada pelaksanaan upacara saja, dan tidak pernah menyentuh tattwa? Kenapa upacara agama Hindu di luar Bali selalu menggunakan (mendatangkan) banten yang sangat rumit dan mahal dari Bali? Ada juga yang menilai bahwa adanya keinginan orang Hindu di Bali, memBALIkan Umat Hindu yang berada di luar Bali (mengintervensi).

Semestinya hal-hal seperti itu tidak perlu terjadi, karena bisa memancing sesuatu yang sama sekali tidak kita inginkan bersama. Bukan berarti orang Hindu di Bali tidak boleh dikritik, bahkan sebaliknya kritik itu sangat diharapkan tetapi yang sifatnya membangun demi masa depan kita.

Seperti yang sering kita dengan bahwa agama Hindu sangat menghormati budaya lokal, dengan cara mengangkat, memelihara dan memberinya makna tattwa, sehingga tidak menjadi asing bagi umat Hindu sendiri. Jika kita berada di luar Bali bisa melaksanakan aktivitas agama yang disesuaikan dengan budaya lokal, namun tidak keluar dari tattwa dan tutjuan yang mau dicapai. Apabila kita belum mampu mengangkat budaya lokal dimana kita berada untuk pelaksanaan aktivitas agama, bisa mengadopsi budaya Bali (model Bali), tetapi sesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Kiranya itu tidak salah. Tetapi tidak berarti Bali harus menyesuaikan dengan daerah lain, dan demikian sebaliknya.

Biarkanlah Bali berkembang sesuai dengan alamnya, karena telah terbukti bisa mendatangkan daya tarik tersendiri. Untuk itu marilah saudara-saudaraku jangan lupa pada asal mula kita, sumbangkanlah sesuatu demi terjaganya warisan leluhur kita. Bagi umat Hindu yang tetap berada di Bali semestinya sadar tentang tanggung jawab, sehingga secara bersama-sama kita menjaga ajegnya Bali dalam arti luas. Hentikan kebiasaan-kebiasaan jelek seperti main judi, mabuk-mabukan dan lain sebagainya yang senada dengan itu, mulailah menjadi atau menuju masyarakat produktif.

Satu lagi yang perlu diingat adalah bahwa pulai Bali tidak memiliki kekayaan alam yang dapat menghidupi Bali itu sendiri, seperti di daerah lain yang memiliki tambang, mengandalkan hasil hutan dan lain sebagainya. Bali hanya mengandalkan budaya dan seni yang bernafaskan Hindu. Jika budaya dan seni ini tidak terpelihara dengan baik, habislah sudah. Siapa lagi yang harus memeliharanya? Tidak ada lain adalah orang Bali, terutama yang masih tinggal di pulau Bali sebagai masyarakat pendukung budaya dan seni Bali, dan tidak ketinggalan juga masyarakat Hindu dari Bali yang tinggal diluar Bali.

Juga perlu diperhatikan pula oleh mereka yang non Hindu tinggal di Bali. Jangan seenaknya sampai kurang memperhatikan Bali. Kalau diumpamakan, mereka yang hidup di Bali memetik bunga dan buahnya, jangan lupa memelihara batangnya, memelihara akarnya. Jangan sampai sebaliknya menghancurkan melalui cara mencarikan bentuk baru Bali itu. Bali telah di buat seperti sebuah lukisan yang ditata apik oleh pelukis kawakan di zaman dahulu, janganlah mereka yang baru menjadi pelukis tingkat pemula coba-coba memoleskan warna, akan cacat jadinya. Nikmati saja keindahannya, jika kalian sangat berkeinginan untuk melukis baru, silahkan cari kertas lain untuk menuangkan lukisan anda, jangan di sini (Bali) dicoret-coret lagi, agar jangan karena anda cacat lukisan yang telah terkenal itu, apalagi karya anda belum pernah terbukti kehebatannya, dikagumi oleh dunia internasional.

Bagi siapapun juga baik di pihak pemerintah maupun pihak lain, perlu diingatkan bahwa hanya satu ada Bali di atas bumi ini, karena belum ada yang mampu memproduksi Bali yang ke dua.

OM, SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM

Sumber: Facebook

No comments: