Sunday, January 24, 2010

MANUSIA DALAM KESADARAN TUHAN


“ Kewajiban tanpa aksih, patut disesalkan. Kewajiban dengan kasih, patut dipuji. Kasih tanpa kewajiban, bersifat Ilahi”. ( Baba)

Om Swastyastu-Salam Kasih

Hormat yang diberikan kepada Tuhan di dalam diri manusia, pada Ātma adalah kebenaran; Ātma adalah kasih murni; Ātma adalah Tuhan; Ātma adalah pengabdian tanpa pamrih. Hormat kepada semua ini adalah harga diri atau hormat pada diri sejati, dan hanya hormat semacam inilah yang dapat mendatangkan kedamaian dan bukan hormat jenis lainnya. Selalu mengingat Tuhan yang penuh belas kasihan, perwujudan kebenaran, Tuhan yang sifatnya kasih, itulah harga diri yang sesungguhnya.

Untuk memperoleh itu kita harus mengesampingkan kehormatan yang diberikan oleh dunia pada kekayaan dan kedudukan, sebagai hal yang tidak berharga, kita harus mengabaikan pujian dan celaan, cemohan dan sanjungan yang menjilat. Kita harus melakukan latihan rohani dengan kepercayaan penuh pada kebenaran dan pada Tuhan. Itulah kedamaian sejati, kedamaian murni dan kedamaian yang abadi.

Hanya manusialah yang memiliki kemampuan dan hak untuk mewujudkan kekuasaan itu, untuk memperoleh kekuasaan Tuhan. Tragisnya setelah mencapai kelahiran sebagai manusia pun sebagian besar orang tidak menyadari kenyataan diri yang abadi itu. Kita bahkan tidak berusaha memahaminya. Jika kesempatan ini disia-siakan, kapan kita dapat mengusahakannya lagi?

Bahkan tujuan kedatangannya ke dunia tidak dihindahkannya, apakah kita hidup seperti margasatwa, atau seperti burung atau serangga….? Hanya makan, berkelana, tidur, dan mencari kenikmatan? Jika jawabannya tidak, lalu untuk apa? Manusia mempunyai kemampuan yang tidak dimiliki binatang yaitu; daya penalaran, kemampuan meninggalkan (segala  keinginan dan ketagihan), serta kemampuan menentukan yang benar dan yang salah. Ini adalah kemampuan khusus dalam diri manusia, tetapi apa gunanya semua itu jika tidak diterapkan dalam perbuatan yang nyata? Jika kemampuan itu digunakan maka sebutan manusia tepat baginya.

Ketiga kemampuan di atas tidak hanya dalam masalah duniawi, tetapi yang terpenting juga adalah dalam mencari kebenaran terakhir. Sesungguhnya jika Viveka, penyangkalan diri dan penyelidikan batin diterapkan pada waktu mengarungi suka-duka kehidupan, pada suatu saat akan timbullah keyakinan bahwa semua ini tidak nyata, bahwa semua ini tidak mempunyai landasan kebenaran. Bila kesadaran ini timbul dan bertumbuh pastilah manusia menempuh jalan spiritual dan melakukan latihan rohani. Kemudian ia akan melaksanakan penyelidikan bathin yang membawanya menuju kebenaran. Inilah tugas yang harus dilaksanakan manusia.. (sumber: Prasanthi Vahini)


Rahayu
Shri Danu

1 comment:

Dwipayana said...

kedamaian sejati, kedamaian murni dan kedamaian yang abadi. sesungguhnya hanya didapat jika kedamaian dihati terealisasi.
hati yang shanti adalah hati yang selalu memberi kasih walaupun harus menerima cacian dan makian. seperti pepatah tua bali: "anak ngentuang tai, entungan aji bunga" ketika dalam tahap itulah manusia mampu merealisasikan Tuhan didalam dirinya.

sattvam sukkham bhavantu